Site icon lijusu.com

Enam di antara Redenominasi Mata Uang yang Terbesar dalam Sejarah

Definisi

Denominasi adalah nilai nominal yang tertulis di sebuah mata uang (kertas atau koin).

Redenominasi adalah penyederhanaan, penggantian, atau penetapan ulang nilai nominal sebuah mata uang (yaitu nilai yang tertulis di uang kertas atau koin yang bersangkutan) dengan mengurangi jumlah angka nol tanpa mengurangi nilai nyata mata uang itu. Redenominasi biasanya dilakukan dengan penerbitan mata uang baru dengan nilai baru yang lebih tinggi untuk menggantikan mata uang yang lama, misalnya mata uang yang bernama A menjadi bernama B, dengan ketentuan sejumlah angka nol (misalnya tiga buah: 1.000) yang tertulis di mata uang A dihapus sehingga bernilai 1 mata uang B (ditulis B 1).

Revaluasi adalah penyesuaian ke atas atau penaikan nilai tukar sebuah mata uang terhadap mata uang(-mata uang) yang lain, misalnya mata uang A itu saat ini bernilai tukar 0,001 terhadap sebuah mata uang, misalnya USD. Lalu, mata uang A direvaluasi, yaitu dinaikkan menjadi bernilai tukar 1 terhadap USD yang diperhitungkan sebagai titik awal. Lawan katanya adalah devaluasi, yaitu penurunan nilai tukar sebuah mata uang terhadap mata uang(-mata uang) yang lain.

Sejarah redenominasi

Sepanjang sejarah, banyak negeri mengalami inflasi yang parah, yang biasanya menyebabkan depresiasi mata uang lokal. Dalam beberapa kasus, jumlah nol yang sangat banyak hampir tidak cukup dimuat di uang kertas!!!

Itulah saat redenominasi dapat membantu memperbaiki situasi tersebut. Redenominasi berarti perubahan nilai nominal uang kertas dan koin. Itu adalah salah satu cara untuk mengatur sirkulasi mata uang agar orang tidak harus berurusan dengan jutaan dan miliaran dalam transaksi sehari-hari mereka.

Beberapa negeri menggunakan redenominasi, misalnya, untuk menerapkan mata uang baru seperti euro. Tetapi secara paling umum, itu adalah salah satu akibat krisis di negeri yang bersangkutan atau dunia. Mari kita bahas redenominasi yang bertujuan memangkas beberapa nol dari uang kertas.

Enam redenominasi yang paling signifikan dalam sejarah dunia:

No.1 – Jerman (Republik Weimar), 1923

Mata Uang Lama: Papiermark

Mata Uang Baru: Rentenmark (Mark Rente)

Nilai Tukar: 1.000.000.000∶1

Salah satu redenominasi yang terbesar terjadi di Jerman setelah Perang Dunia I. Sebelum tahun 1914, mata uang nasional di sana adalah Goldmark (Mark Emas) yang terikat pada standar emas. Tetapi setelah Perang Dunia I mulai, tidak ada logam mulia yang tersisa untuk mendukung mata uang tersebut. Goldmark mengalami depresiasi dan mendapatkan nama baru: Papiermark (Mark kertas). Ia didukung oleh tanah yang digunakan untuk pertanian dan bisnis.

Setelah Perang Dunia I, negeri itu harus membayar pampasan perang sesuai dengan Perjanjian Versailles. Tanpa cadangan emas atau mata uang, pemerintahnya mengeluarkan uang kertas baru tanpa batas untuk membayar utang tersebut, yang menyebabkan Papiermark runtuh.

Inflasi mencapai puncaknya sebesar 29.500% per bulan pada Oktober 1923!!! Harga-harga berlipat ganda setiap beberapa jam dan orang-orang harus membawa keranjang uang ke toko untuk membeli roti!!!

Untuk menghentikan inflasi yang meluas, pemerintah Jerman menggantikan Papiermark dengan Rentenmark pada 15 November 1923. Rentenmark didukung oleh agunan tanah dan terbatas dalam sirkulasi; redenominasi ini menghilangkan 12 nol dari nilai nominal mata uang!!!

Pada 30 Agustus 1924, Rentenmark diganti dengan Reichsmark (Mark Kerajaan) dengan nilai tukar 1:1.

Namun, inflasi yang parah itu berdampak besar pada kehidupan rakyat Jerman dan menghancurkan kepercayaan masyarakat pada sistem mata uang. Hal itu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bangkitnya Partai Nazi dan peristiwa-peristiwa yang menimbulkan Perang Dunia II.

No.2 – Yugoslavia, 1994

Mata Uang Lama: dinar Yugoslavia

Mata Uang Baru: dinar baru Yugoslavia

Nilai Tukar: 1.000.000∶1

Redenominasi mata uang juga terjadi di Yugoslavia pada 1994. Selama krisis inflasi yang parah pada awal 1990-an, dinar Yugoslavia mengalami depresiasi yang sangat tinggi. Pada puncaknya, inflasi mencapai 313 juta persen per bulan!!!

No.3 – Yunani, 1944

Mata Uang Lama: drakhma Yunani ke-1

Mata Uang Baru: drakhma Yunani ke-2

Nilai Tukar: 50.000.000.000∶1

 Redenominasi besar-besaran lainnya terjadi di Yunani pada 1944, tepat setelah negeri tersebut dibebaskan dari penjajah Pasukan Poros (Jerman, Italia dan Jepang; lawan mereka adalah Pasukan Sekutu (AS, Perancis, Inggris dkk). Karena hiperinflasi (yaitu inflasi di atas 500%), drakhma Yunani diredenominasi senilai 50 miliar kali!!!

Kenaikan harga yang tajam dimulai pada April 1941, ketika pasukan Jerman menyerbu Yunani. Selama periode pendudukan oleh Jerman, sebagian besar barang dari sektor pertanian, mineral, dan industri digunakan untuk mendukung Pasukan Poros dan menyediakan persediaan untuk Korps Afrika mereka. Karena itu, produk-produk tersebut dijual dengan harga sangat rendah dan nilai ekspor turun secara signifikan. Belum lagi penjarahan harta karun dan blokade oleh angkatan laut Yunani.

Dengan kenaikan-kenaikan harga, pasukan penjajah menuntut semakin banyak drakhma untuk menutupinya. Pada 1944, negeri ini menghadapi tingkat inflasi yang tertinggi: sebesar 3×1.010%, yang mengakibatkan terbitnya uang kertas 100.000.000.000 drakhma (100 miliar drakhma)!!!

Langsung setelah Pasukan Poros meninggalkan negeri ini, inflasi melambat. Drakhma lama ditukar dengan drakhma baru dengan nilai tukar 50.000.000.000 menjadi 1. Tetapi negeri ini terus menderita inflasi. Dibutuhkan beberapa tahun bagi tingkat inflasi untuk turun ke bawah 50%.

Pada Mei 1954, mata uang tersebut mengalami redenominasi lagi dengan nilai tukar 1.000:1. Pada 2001, drakhma digantikan dengan euro dengan nilai tukar 340,75 berbanding 1.

Pada 1993, denominasi baru diberlakukan dengan pemberlakuan dinar baru Yugoslavia. Namun, inflasi terus meningkat, dan pada 1 Januari 1994, dilakukan redenominasi besar-besaran dengan nilai tukar 1.000.000 dinar lama menjadi 1 dinar baru.

Redenominasi ini mengurangi tiga nol dari nilai nominal mata uang dan membantu mengatasi inflasi yang parah. Namun, inflasi yang berkepanjangan dan konflik politik di wilayah tersebut akhirnya menyebabkan pembubaran Yugoslavia pada 2003 menjadi Serbia, Montenegro, Bosnia dan Herzegovina, Korasia (yang mencakup Kosovo dan Vojvodina) dan Slovenia.

Lalu, negeri-negeri penerus Yugoslavia, misalnya Serbia dan Montenegro, menerapkan mata uang baru, misalnya dinar Serbia dan euro.

No.4 – Hongaria, 1946

Mata Uang Lama: pengő Hongaria

Mata Uang Baru: forint Hongaria

Nilai Tukar: 4×1029∶1

Redenominasi paling signifikan dalam sejarah dunia terjadi di Hongaria pada 1946, ketika pengő diubah menjadi forint dengan nilai tukar 400 oktiliun terhadap 1. Uang kertas dengan denominasi yang tertinggi pada saat itu memiliki nilai 20 oktiliun (2×1027) pengős, dan nilai tukarnya hanya $0,0435. Itu merupakan kasus inflasi berlebihan yang paling parah yang pernah tercatat sejauh ini.

Namun, ini bukan redenominasi pertama di negeri tersebut. Setelah Perang Dunia I, krona Hongaria, yang merupakan mata uang nasional saat itu, menderita inflasi yang sangat tinggi. Jadi, dengan pinjaman dari Liga Bangsa-Bangsa, pemerintah menggantinya dengan pengő dengan nilai tukar 12.500∶1. Mata uang baru tersebut dikaitkan dengan standar emas, dan untuk beberapa waktu, menjadi yang paling stabil di wilayah tersebut.

Namun, pengeluaran yang tinggi selama Perang Dunia II dan Depresi Besar pada 1930-an telah menurunkan nilai mata uang. Cadangan hampir kosong. Jadi ketika perang berakhir, inflasi yang berlebihan tidak terkendali. Pengő mengalami depresiasi sebesar 400% setiap hari dan harga meningkat lima kali setiap hari!!!

Denominasi baru milpengő (juta pengő) dan miliar-pengő (triliun pengő) dikeluarkan untuk memudahkan perhitungan. Pada Mei 1946, nilai tukar uang kertas 100 miliar-milpengő (100 kuintiliun atau 1020) hanya $0,024.

Pada 1946, adopengő (pengő pajak) diterbitkan. Awalnya, ia adalah unit akuntansi yang hanya digunakan oleh pemerintah dan bank-bank besar. Tetapi karena lebih stabil, ia menjadi alat pembayaran yang sah dan menggantikan pengő dengan nilai tukar 1:200.000.000.

Saat inflasi berlanjut, pemerintah Hongaria memutuskan untuk mengganti mata uang yang terdepresiasi dengan forint pada Agustus 1946.

Saat ini, forint Hongaria tetap menjadi mata uang nasional negeri tersebut dan dianggap relatif stabil.

No.5 – Venezuela, 2008 dan 2018

Mata Uang Lama: bolivar Venezuela ke-1 dan ke-2

Mata Uang Baru: bolivar Venezuela ke-3 dan ke-4

Nilai Tukar: 1×1012 dan 1×106∶1

Venezuela adalah salah satu contoh nyata negeri yang menderita inflasi yang sangat tinggi dan redenominasi mata uang yang berulang. Inflasi di Venezuela melonjak sejak 2013 akibat kebijakan ekonomi yang tidak tepat, krisis politik, dan masalah struktural.

Pada 2008, redenominasi pertama terjadi dengan pengenalan bolivar ke-3, menggantikan bolivar ke-2. Nilai tukar redenominasi tersebut adalah 1.000:1. Ini berarti 1.000 bolivar lama setara dengan 1 bolivar baru.

Namun, inflasi terus meningkat dan ekonomi Venezuela semakin memburuk. Pada 2018, pemerintah Venezuela melakukan redenominasi kedua dengan memberlakukan bolivar ke-4. Nilai tukar redenominasi ini adalah 100.000:1, yang berarti 100.000 bolivar ke-3 setara dengan 1 bolivar baru.

Meskipun redenominasi tersebut bertujuan untuk menyederhanakan sistem mata uang, mengurangi jumlah nol, dan mengatasi inflasi, masalah ekonomi yang mendasar tidak teratasi. Inflasi tetap tinggi, dan bolivar Venezuela mengalami depresiasi terus-menerus. Banyak orang Venezuela mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar dan mencari alternatif mata uang, misalnya dolar Amerika Serikat atau mata uang kripto.

http://www.tjansietek.com

No.6 – Zimbabwe, 2009

Mata Uang Lama: dolar Zimbabwe ke-3

Mata Uang Baru: dolar Zimbabwe ke-4

Nilai Tukar: 1×1012∶1

Zimbabwe dapat menempati peringkat ke-2 dan ke-3 dalam daftar tentang redenominasi besar-besaran yang pernah ada karena pada 2006-2009, ada tiga kasus signifikan di negeri tersebut dan empat edisi dolar lokal. Karena inflasi berlebihan yang parah, pada 2009, satu dolar Zimbabwe ke-4 setara dengan 10 septiliun (1×1025) dolar ke-1.

Dolar Zimbabwe diberlakukan ketika negeri tersebut memperoleh kemerdekaannya pada 1980. Pada saat itu, 1 ZWD bernilai 1,47 USD dalam pasar resmi. Tetapi seiring berjalannya waktu, nilainya turun dengan cepat.

Pada 2006, inflasi yang tidak dapat dipertahankan mencapai 1.730%. Awalnya, pemerintah berencana untuk memberlakukan mata uang yang benar-benar baru sebagai pengganti mata uang yang terdepresiasi. Tetapi tanpa mencapai stabilitas makroekonomi, itu tidak masuk akal. Jadi, dolar pertama hanya digantikan dengan dolar kedua dengan nilai tukar 1.000:1.

Pada awalnya, nilai tukar resmi dolar Zimbabwe ke-2 adalah 250 ZWN terhadap 1 USD. Tetapi ketika inflasi melebihi 1.000%, mencapai 30.000 ZWN terhadap 1 USD pada 2007.

Pada 2008, mata uang tersebut mengalami redenominasi lagi, dengan nilai tukar 10 miliar ZWN (dolar ke-2) terhadap 1 ZWR baru (dolar ke-3). Pada saat itu, nilai ZWN turun menjadi sekitar 688 miliar per 1 USD.

Pada November 2008, inflasi mencapai tingkat bulanan sebesar 79,6 miliar %. Jadi, pada 2009, redenominasi ketiga memotong 12 angka nol dari nilai nominal ZWR. Nilai tukarnya adalah 1 triliun (1012) ZWR terhadap 1 dolar ke-4 baru (ZWL).

Pada April 2009, pemerintah membuang Zimbabwe dollar dan melegalkan beberapa mata uang asing, misalnya rand Afrika Selatan, dolar Amerika Serikat, euro, yuan Tiongkok, dan lain-lain.

Pada 2019, Zimbabwe kembali menggunakan mata uang nasional. Pada tahun yang sama, inflasi meningkat menjadi 175%, kemudian naik menjadi 676% pada 2020 karena kekeringan dan COVID-19.

Pertanyaan: melihat contoh-contoh di atas, apakah IDR kita layak dikenakan redenominasi?

(FSSI/TST/LNN)

Exit mobile version