Jerman terkenal dengan moto “ekspor produk dan jasa sebanyak-banyaknya dan selalu surplus dagang” sambil rakyat mereka tetap menabung untuk terus memupuk modal dan persiapan hari tua. Selain itu, Jerman mengajarkan kepada rakyatnya “ilmu membuat barang” sehingga banyak sekali produk kelas tinggi Jerman yang kesohor dan jadi impian mayoritas orang di dunia untuk memilikinya: Mercedes Benz, Audi, Porsche dsb. Jerman juga terkenal berfokus pada usaha kelas menengah (Mittlestand).
Selain itu, sekitar 2% penduduk Jerman (atau sekitar 1,68 juta orang) bergelar Ph.D. (Doktor, atau S3), dengan mayoritas dalam bidang STEM (Indonesia: jumlah total penduduk dengan gelar S3 hanya 0,02%, atau 59.197 orang saja!!!(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/20/hanya-002-penduduk-indonesia-berpendidikan-hingga-s3-pada-juni-2021). Padahal: jumlah penduduk Jerman hanya sedikit di atas 84 juta per akhir Juni 2022 (atau hanya 30,5% dari jumlah penduduk Indonesia yang 275,36 juta orang per akhir Juni 2021), tetapi Jerman meluluskan sekitar 29.000 orang dengan gelar Ph.D setiap tahun, angka yang tertinggi di seluruh Uni Eropa!!! (https://www.research-in-germany.org/en/your-goal/phd.html#:~:text=Roughly%2029%2C000%20graduate%20students%20complete,degree%20by%20a%20German%20university).
Salah satu hasil lainnya, Jerman adalah negeri eksportir terbesar ketiga di dunia setelah China dan AS sehingga mengalahkan Belanda dan Jepang (https://www.worldstopexports.com/worlds-top-export-countries/).
Jadi, dari Jerman, Indonesia bisa belajar salah satu cara yang terbaik untuk tumbuh besar dan sehat plus rasio Gini yang cukup rendah (34,4; Indonesia: 37,6; AS: 48,8 per akhir 2020) dengan cara: hidup hemat, tanpa utang luar negeri, banyak perusahaan menengah, banyak ekspor produk dan jasa teknologi (rasio ekspor terhadap GDP-nya mencapai 47,46% selama 2021; atau 29,4% secara rata-rata selama periode 1970-2021 (https://www.theglobaleconomy.com); rasio ekspor Indonesia terhadap GDP Indonesia selama 2021: 21,56% (karena meledaknya ekspor CPO, batubara dan komoditi lain akibat pandemi Covid-19). (Baca juga Pentingnya Spesialisasi:https://www.kompasiana.com/tjansietek/5a926b7df133440ba3323532/pentingnya-spesialisasi-bagi-bangsa-perusahaan-dan-individu)
Rasio perdagangan internasional Jerman terhadap GDP-nya selama Masa 1970-2021:
Secara Net International Investment Position
(NIIP; posisi investasi internasional secara bersih)
Jerman bahkan mengalahkan China (kreditur terbesar nomor tiga dengan USD 1,943 triliun per akhir Maret 2022) sebagai bangsa kreditur terbesar nomor dua (dengan USD 2,84 triliun per akhir Maret 2022); Jepang menduduki peringkat satu dengan USD 3,307 triliun per akhir Juni 2022 di dunia . Rekor Jepang itu telah dipegang selama 31 tahun secara berturut-turut (https://asia.nikkei.com/Economy/Japan-remains-top-creditor-nation-for-31st-year-in-a-row).
Tentang cara hitung NIIP, silakan klik: https://www.kompasiana.com/tjansietek/5ac97fd3cf01b451823a4dd2/prospek-rupiah-terhadap-baht-dan-ringgit-berdasarkan-niip-cadangan-forex-dan-utang-ln
Selain itu, GDP Jerman (USD 4,2 triliun per akhir 2021) menyumbang 27,3% ke GDP gabungan (USD 15,37 triliun per akhir 2021 berdasarkan nilai tukar euro terhadap USD (1,06) per 5 Desember 2022) dari 27 negeri wilayah Uni Eropa, atau disebut juga sebagai wilayah euro (tetapi, mata uang euro dipakai oleh hanya 19 negeri anggota Uni Eropa), sehingga GDP Jerman secara nominal adalah yang terbesar di seluruh Eropa dan nomor empat di dunia setelah AS, China dan Jepang. Karena itu, ketika Italia, Yunani dll mengalami resesi ekonomi dan perlu bantuan uang, Jerman memberikan bantuan uang yang terbanyak dengan membeli obligasi terbitan ECB (Bank Sentral Eropa) dll. Salah satu akibatnya, setiap keputusan penting ECB perlu disetujui oleh Jerman, antara lain tentang berapa nilai obligasi ECB yang akan diterbitkan untuk mengatasi pandemi dll (Contoh: https://www.politico.eu/article/german-court-clears-ecb-bond-buying-program/).
Jerman adalah negeri terbahagia nomor 7 di dunia (https://happiness-report.s3.amazonaws.com/2021/WHR+21.pdf).
Semoga bermanfaat.

