Produsen Bauksit No. 4 di Dunia
Saat ini Indonesia adalah produsen bauksit terbesar ke-4 di dunia (30 juta ton metrik= 12% produksi sedunia) setelah Australia (76,28 juta TM), China (40 juta TM) dan Brazil (34,95 TM) per tahun (data tahun 2012)
Indonesia punya cadangan bauksit dalam jumlah yang sangat besar, terutama di Provinsi Kepulauan Riau,Provinsi Bangka-Belitung dan Provinsi Kalimantan Barat.
Per akhir 2022, secara jumlah cadangan, Indonesia (dengan 1 miliar TM) adalah nomor 7 di dunia setelah Guinea (7,4 m TM), Vietnam (5,8 m TM), Australia (5,1 m TM), negeri-negeri lain, Brazil dan Jamaica (www.statista.com: Countries with the largest bauxite reserves worldwide as of 2022). China nomor 8 (cuma 710 juta TM), India (660 m TM), Russia (500 m TM).
China mengimpor 110 juta TM bauksit selama 2021 saja dari banyak negeri, terutama Australia dan Guinea.
Indonesia Calon Produsen Alumina dan Aluminium Terbesar No.2-4 Sedunia pada 2028
Kapasitas produksi bauksit Indonesia sekitar 30 juta TM per tahun. Kandungan alumina di bijih bauksit sekitar 50%-70%.
Alumina disebut juga sebagai oksida aluminium (III) untuk diproses menjadi aluminium.
Jadi, jika semakin banyak pabrik alumina berdiri, Indonesia bisa memproduksi sd 20 juta TM alumina per tahun atau 14% dari total produksi alumina sedunia per tahun [setara dengan Australia saat ini, nomor 2 di dunia; China nomor 1: 76 juta TM; Brazil (3) dan India (4) masing-masing 11 juta TM dan 7,4 juta TM].
Salah satu tantangannya adalah kebutuhan SDM dan pengalaman rekayasa yang perlu waktu panjang untuk dikembangkan. Kita juga bisa belajar dari Tiongkok atau bekerja sama dengan Tiongkok sebagai salah satu batu loncatan.
Investor Alumina dari Tiongkok
Nanshan Alumunium (melalui PT Bintan Alumina Indonesia) punya smelter alumina dengan rencana kapasitas 2 juta MT per tahun [sekitar 1,5% proyeksi produksi alumina sedunia (134 juta TM) selama tahun 2023] di Indonesia. Itu di luar PT Indonesia Chemical Alumina (smelter alumina pertama di Indonesia; 0,3 juta TM per tahun; www.pt-ica.com) milik PT Inalum plus SDK dari Jepang, mitra Jepang-nya, PT Well Harvest Winning (WHW) Alumina Refinery (1 juta MT per tahun; www.whwalumina.com), dan PT Borneo Alumina Indonesia (1 juta TM per tahun), kongsi PT Inalum dan PT Antam Tbk (www.bai.id).
Tantangan investasi Pabrik Alumina
Nilai investasi per smelter alumina yang layak umumnya USD 1,2 miliar (IDR 18 T), atau 3 X nilai investasi smelter nikel dengan status yang sama. Itulah salah satu sebab hilirisasi bijih nikel bisa “ngebut” sedangkan yang bauksit lambat sekali. Sangat sedikit investor nasional yang berani melakukannya atau punya dana sebesar itu.
(TST/LNN)






