Friday, June 27, 2025
HomeCultureKorea Selatan: negeri sulit bagi kalangan menengah ke bawah

Korea Selatan: negeri sulit bagi kalangan menengah ke bawah

  1. Saya berteman dengan orang Korea Selatan (“Korea”) yang diseniorkan sejak 1994.
  2. Lalu, berteman dengan mantunya yang orang Korea yang sangat ramah.
  3. Dari dia, saya berkenalan dengan banyak eksekutif Korea.
  4. Selain itu, saya sendiri berkenalan dengan satu CEO perusahaan kontraktor Korea di Indonesia.
  5. Di luar itu, keluarga saya juga rupanya punya banyak orang Korea yang indekos di rumahnya yang super-besar.
  6.  Korea tunduk pada Amerika Serikat. Contoh: THAAD (sistem peluru kendali) dan sek. 40.000 orang prajurit AS di sana.
  7. Anak-anak perempuan dari beberapa orang tetangga saya dan orang lain pernah ingin belajar di Korea  karena K-pop dll dan, setelah mendengar semua cerita di bawah ini, mereka membatalkannya.

Keadaan Korea saat ini:

  1. Saya dengar dari mereka (1994-2018) bahwa banyak sekali orang Korea kerja dan tinggal di China karena di Korea mereka sulit mendapatkan peluang bisnis. Konglomerasi (chaebol) mereka yang berjumlah 30 buah menguasai sekitar 76,9% dari total GDP mereka pada 2023 (https://www.koreatimes.co.kr/www/biz/2025/03/602_383889.html). Empat chaebol utama mereka menguasai 41% GDP mereka.

Jadi, kelas bawah dan menengah harus memilih bekerja untuk mereka sebagai pegawai, supplier, kontraktor, atau pergi keluar negeri, bekerja sebagai konsultant dll.

Contoh:

-di Jakarta saja, tercatat hampir 40.000 orang Korea (berita Jakarta Post, sebelum Covid).

-di China, untuk mahasiswa saja, pada tahun 2017, mereka berjumlah 75.000. Belum lagi siswa di sekolah yang berjumlah sekitar 100.000 karena ikut orangtua mereka dan kemauan sendiri. Mereka punya harapan yang lebih besar di China daripada Korea.

Catatan: sekarang jumlah mahasiswa turun jadi 16.000 sejak Covid dan Korea menempatkan THAAD Amerika Serikat di sana dll. Kejadian itu juga berbarengan dengan turunnya jumlah mahasiswa internasional Korea dari 250.000 pada 2017 menjadi 125.000 pada 2023 (https://eastasiaforum.org/2024/04/22/south-korean-international-students-turn-away-from china/#:~:text=China%20has%20seen%20a%20dramatic,education%20and%20foreign%20language%20institutes)

  • Paman saya datang ke rumah saya pada 2015 dan bercerita:
  • Dia mengusir orang-orang Korea dari rumahnya sebab mereka hidup tidak lumrah: bermabuk-mabukan; pulang pagi; kalau kontrak mau habis atau mereka mau pindah, mereka tidak matikan AC dan mereka mengacak-acak isi kamar indekost dll.
  • Karena itu, dia memutuskan hubungan apa pun dengan mereka.
  • Dia sarankan agar keluarga besar saya juga memutuskan hubungan dengan semua orang Korea.
  • Keunikan mereka dalam bisnis: pihak broker harus aktif bekerja supaya dapat bagian dari mereka. Kalau tidak, pihak broker tidak mendapat apa-apa. Bandingkan dengan “uang dengar” di Indonesia.
  • Utang rumah tangga di Korea adalah nomor 2 di dunia (91,7%) dan nomor satunya adalah Kanada (di atas 100%).

Utang rumah tangga Korea pernah yang tertinggi di dunia (lebih dari 100% GDP mereka) dari 2000 sampai 2023 (https://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=e&Seq_Code=191646; Indonesia: sekitar 10%, kelima terendah di antara negeri G20).

Harga rumah (“apartemen”) berharga USD 2-3 juta (17-18  juta won per m2, atau IDR 200 juta per m2 ): 15 m2-25 m2!!!

Bandingkan dengan Jakarta: 15 juta-40 juta per m2, atau 500 juta -2.000 juta untuk ukuran 30 m2-50 m2.

Jadi, orang Korea hidup untuk membayar utang, menderita sekali dan cuma jadi budak uang.

  • Utang rumah tangga demikian besar disebabkan harga apartemen tinggi sekali dan penduduknya berpusat di Seoul, ibukotanya,  sekitar 9,6 juta orang, atau 18.4% dari total penduduk (www.english.seoul.go.kr).

Seoul juga punya perbukitan, di Jakarta tidak ada, yang membuat sulitnya bangun apartemen dan bangunan tinggi lainnya. Inilah kesalahan bangsa Korea dalam menata ruang mereka (https://www.youtube.com/watch?v=xcUE0g9Ldhg)

 Bandingkan dengan Jakarta: penduduknya hanya 11 juta orang, atau 3,9 % dari total penduduk Indonesia (280 juta), dan Jabodetabek atau Jakarta Raya hanya sekitar 32,6 juta, atau 12% dari penduduk.

  • Orang Korea ingin terkenal dalam waktu singkat dan ambil bypass:

– mengubah wajah dengan operasi plastik sehingga waktu tuanya mereka menderita.

– banyak bintang muda mereka yang wanita dan telah operasi plastik mengalami pelecehan seksual dan meninggal muda (banyak berita di koran-koran).

7. Lihat https://www.youtube.com/watch?v=Mhoq-6wJlno

8. Seorang berkomentar di YouTube: I’m a native English speaker who lives in Korea and this is my experience:

 the level of English in the test is way too hard for your average Korean who doesn’t speak much English, let alone read SO MUCH! … THE TEXTS ARE TOO LONG FOR THEM!

Tjan
Tjanhttp://www.tjansietek.com
A former licensed stock market analyst and investment advisor with 20+ years experience with M.Sc. in Finance from Leicester University; former college lecturer in English for Buddhism; a former chess instructor and competitive chess player; translator of My Sixty Memorable Games, written by Bobby Fischer, a former US citizen, a famous former world chess champion (1972-1975), into Indonesian (in 1986 for limited distribution only); currently a senior sworn translator with 44+ years' experience, a senior member of the Indonesian Translators Association; a Chinese, US and Indonesian macroeconomic and financial analyst, CEO of Center for New Indonesia (CEFNI).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments

Korea Selatan: negeri sulit bagi kalangan menengah ke bawah

  1. Saya berteman dengan orang Korea Selatan (“Korea”) yang diseniorkan sejak 1994.
  2. Lalu, berteman dengan mantunya yang orang Korea yang sangat ramah.
  3. Dari dia, saya berkenalan dengan banyak eksekutif Korea.
  4. Selain itu, saya sendiri berkenalan dengan satu CEO perusahaan kontraktor Korea di Indonesia.
  5. Di luar itu, keluarga saya juga rupanya punya banyak orang Korea yang indekos di rumahnya yang super-besar.
  6.  Korea tunduk pada Amerika Serikat. Contoh: THAAD (sistem peluru kendali) dan sek. 40.000 orang prajurit AS di sana.
  7. Anak-anak perempuan dari beberapa orang tetangga saya dan orang lain pernah ingin belajar di Korea  karena K-pop dll dan, setelah mendengar semua cerita di bawah ini, mereka membatalkannya.

Keadaan Korea saat ini:

  1. Saya dengar dari mereka (1994-2018) bahwa banyak sekali orang Korea kerja dan tinggal di China karena di Korea mereka sulit mendapatkan peluang bisnis. Konglomerasi (chaebol) mereka yang berjumlah 30 buah menguasai sekitar 76,9% dari total GDP mereka pada 2023 (https://www.koreatimes.co.kr/www/biz/2025/03/602_383889.html). Empat chaebol utama mereka menguasai 41% GDP mereka.

Jadi, kelas bawah dan menengah harus memilih bekerja untuk mereka sebagai pegawai, supplier, kontraktor, atau pergi keluar negeri, bekerja sebagai konsultant dll.

Contoh:

-di Jakarta saja, tercatat hampir 40.000 orang Korea (berita Jakarta Post, sebelum Covid).

-di China, untuk mahasiswa saja, pada tahun 2017, mereka berjumlah 75.000. Belum lagi siswa di sekolah yang berjumlah sekitar 100.000 karena ikut orangtua mereka dan kemauan sendiri. Mereka punya harapan yang lebih besar di China daripada Korea.

Catatan: sekarang jumlah mahasiswa turun jadi 16.000 sejak Covid dan Korea menempatkan THAAD Amerika Serikat di sana dll. Kejadian itu juga berbarengan dengan turunnya jumlah mahasiswa internasional Korea dari 250.000 pada 2017 menjadi 125.000 pada 2023 (https://eastasiaforum.org/2024/04/22/south-korean-international-students-turn-away-from china/#:~:text=China%20has%20seen%20a%20dramatic,education%20and%20foreign%20language%20institutes)

  • Paman saya datang ke rumah saya pada 2015 dan bercerita:
  • Dia mengusir orang-orang Korea dari rumahnya sebab mereka hidup tidak lumrah: bermabuk-mabukan; pulang pagi; kalau kontrak mau habis atau mereka mau pindah, mereka tidak matikan AC dan mereka mengacak-acak isi kamar indekost dll.
  • Karena itu, dia memutuskan hubungan apa pun dengan mereka.
  • Dia sarankan agar keluarga besar saya juga memutuskan hubungan dengan semua orang Korea.
  • Keunikan mereka dalam bisnis: pihak broker harus aktif bekerja supaya dapat bagian dari mereka. Kalau tidak, pihak broker tidak mendapat apa-apa. Bandingkan dengan “uang dengar” di Indonesia.
  • Utang rumah tangga di Korea adalah nomor 2 di dunia (91,7%) dan nomor satunya adalah Kanada (di atas 100%).

Utang rumah tangga Korea pernah yang tertinggi di dunia (lebih dari 100% GDP mereka) dari 2000 sampai 2023 (https://world.kbs.co.kr/service/news_view.htm?lang=e&Seq_Code=191646; Indonesia: sekitar 10%, kelima terendah di antara negeri G20).

Harga rumah (“apartemen”) berharga USD 2-3 juta (17-18  juta won per m2, atau IDR 200 juta per m2 ): 15 m2-25 m2!!!

Bandingkan dengan Jakarta: 15 juta-40 juta per m2, atau 500 juta -2.000 juta untuk ukuran 30 m2-50 m2.

Jadi, orang Korea hidup untuk membayar utang, menderita sekali dan cuma jadi budak uang.

  • Utang rumah tangga demikian besar disebabkan harga apartemen tinggi sekali dan penduduknya berpusat di Seoul, ibukotanya,  sekitar 9,6 juta orang, atau 18.4% dari total penduduk (www.english.seoul.go.kr).

Seoul juga punya perbukitan, di Jakarta tidak ada, yang membuat sulitnya bangun apartemen dan bangunan tinggi lainnya. Inilah kesalahan bangsa Korea dalam menata ruang mereka (https://www.youtube.com/watch?v=xcUE0g9Ldhg)

 Bandingkan dengan Jakarta: penduduknya hanya 11 juta orang, atau 3,9 % dari total penduduk Indonesia (280 juta), dan Jabodetabek atau Jakarta Raya hanya sekitar 32,6 juta, atau 12% dari penduduk.

  • Orang Korea ingin terkenal dalam waktu singkat dan ambil bypass:

– mengubah wajah dengan operasi plastik sehingga waktu tuanya mereka menderita.

– banyak bintang muda mereka yang wanita dan telah operasi plastik mengalami pelecehan seksual dan meninggal muda (banyak berita di koran-koran).

7. Lihat https://www.youtube.com/watch?v=Mhoq-6wJlno

8. Seorang berkomentar di YouTube: I’m a native English speaker who lives in Korea and this is my experience:

 the level of English in the test is way too hard for your average Korean who doesn’t speak much English, let alone read SO MUCH! … THE TEXTS ARE TOO LONG FOR THEM!

Tjan
Tjanhttp://www.tjansietek.com
A former licensed stock market analyst and investment advisor with 20+ years experience with M.Sc. in Finance from Leicester University; former college lecturer in English for Buddhism; a former chess instructor and competitive chess player; translator of My Sixty Memorable Games, written by Bobby Fischer, a former US citizen, a famous former world chess champion (1972-1975), into Indonesian (in 1986 for limited distribution only); currently a senior sworn translator with 44+ years' experience, a senior member of the Indonesian Translators Association; a Chinese, US and Indonesian macroeconomic and financial analyst, CEO of Center for New Indonesia (CEFNI).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments