Friday, June 27, 2025
HomeEducationChina batasi ekspor samarium dan 6 mineral lainnya

China batasi ekspor samarium dan 6 mineral lainnya

Samarium

Samarium adalah salah satu unsur tanah jarang (juga dikenal sebagai lantanida) yang membingungkan para ahli kimia pada abad ke-19. Sejarahnya dimulai dengan penemuan serium pada 1803. Serium diduga mengandung logam-logam lain, dan pada 1839 Carl Mosander mengklaim telah memperoleh lantanum dan didimium darinya. Meskipun ia benar mengenai lantanum, ternyata ia keliru tentang didimium. Pada 1879, Paul-Émile Lecoq de Boisbaudran mengekstraksi didimium dari mineral samarskit. Kemudian, ia membuat larutan nitrat didimium dan menambahkan amonium hidroksida. Ia mengamati bahwa endapan yang terbentuk turun dalam dua tahap. Ia memusatkan perhatiannya pada endapan pertama dan mengukur spektrumnya, yang mengungkapkan bahwa itu adalah unsur baru yang kemudian dinamai samarium. Akhirnya, samarium sendiri diketahui mengandung unsur tanah jarang lain: gadolinium pada 1886 dan europium pada 1901

Pembatasan ekspor tujuh mineral

Pada 4 April, Kementerian Perdagangan China memberlakukan pembatasan ekspor terhadap tujuh elemen tanah jarang (REE) dan magnet yang digunakan dalam sektor pertahanan, energi, elektronik, dan otomotif sebagai respons terhadap peningkatan tarif produk China oleh Presiden AS, Donald Trump. Pembatasan baru itu berlaku untuk 7 dari 17 REE—samarium, gadolinium, terbum, disprosium, lutetium, skandium, dan itrium—dan mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk memperoleh lisensi ekspor khusus untuk mengekspor mineral dan magnet tersebut.

Berbagai jenis pembatasan ekspor dan gangguannya pada industri-industri yang bersangkutan

Ada berbagai jenis pembatasan ekspor: lisensi non-otomatis, tarif, kuota, dan larangan total. Pembatasan baru ini bukanlah larangan; sebaliknya, perusahaan harus mengajukan lisensi untuk mengekspor tanah jarang. Perkembangan ini memiliki tiga implikasi: pertama, kemungkinan akan ada jeda dalam ekspor saat pemerintah China membangun sistem perijinan ini. Kedua, kemungkinan juga akan ada gangguan pasokan ke beberapa perusahaan AS karena pengumuman tersebut juga mencantumkan 16 entitas AS dalam daftar kontrol ekspor mereka, membatasi mereka untuk menerima barang dengan penggunaan ganda. Semua kecuali satu dari perusahaan di daftar tersebut berada di industri pertahanan dan dirgantara. Belum jelas bagaimana China akan menerapkan sistem perizinan baru ini. Ketiga, sistem perizinan ini mungkin akan dinamis dan dapat mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja sama dengan China guna mencegah gangguan dalam pasokan tanah jarang mereka.

Pentingnya fokus pada tanah jarang berat mengingat kerentanannya dalam rantai pasokan AS

Pembatasan ini berlaku untuk tujuh tanah jarang sedang dan berat: samarium, gadolinium, terbum, disprosium, lutetium, skandium, dan itrium. Amerika Serikat sangat rentan dalam rantai pasokan ini. Hingga 2023, China menguasai 99 persen pemrosesan REE berat global, dengan hanya sedikit hasil dari sebuah kilang di Vietnam. Namun, fasilitas tersebut telah ditutup selama setahun terakhir karena sengketa pajak, yang pada dasarnya memberi China monopoli atas pasokan. China tidak memberlakukan pembatasan terhadap tanah jarang ringan, di mana sejumlah negara memiliki pemrosesan yang lebih beragam.

Tanah jarang penting bagi keamanan nasional AS

REE sangat penting untuk berbagai teknologi pertahanan, yang mencakup jet tempur F-35, kapal selam kelas Virginia dan Columbia, misil Tomahawk, sistem radar, pesawat nirawak Predator, dan seri bom pintar Joint Direct Attack Munition. Misalnya, jet tempur F-35 mengandung lebih dari 900 pon REE. Sebuah kapal perusak kelas Arleigh Burke DDG-51 membutuhkan sekitar 5.200 pon, sementara kapal selam kelas Virginia menggunakan sekitar 9.200 pon.

Amerika Serikat sudah berada dalam posisi tertinggal dalam hal produksi teknologi pertahanan ini. China dengan cepat memperluas produksi amunisinya dan memperoleh sistem serta peralatan senjata canggih dengan kecepatan lima hingga enam kali lebih cepat daripada AS. Sementara China mempersiapkan dengan pola pikir perang, AS terus beroperasi dalam kondisi damai. Bahkan sebelum pembatasan terbaru, basis industri pertahanan AS sudah kesulitan dengan kapasitas terbatas dan kekurangan kemampuan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan teknologi pertahanan. Larangan lebih lanjut terhadap bahan baku mineral kritis hanya akan memperlebar kesenjangan, memungkinkan China untuk memperkuat kemampuan militernya lebih cepat daripada AS.

Industri tanah jarang AS tidak siap mengisi kekosongan jika terjadi kekurangan

 Saat ini tidak ada pemisahan tanah jarang berat yang dilakukan di Amerika Serikat. Pengembangan kemampuan ini sedang berlangsung. Dalam Strategi Industri Pertahanan Nasional 2024, Departemen Pertahanan (DOD) menetapkan tujuan untuk mengembangkan rantai pasokan REE dari tambang hingga magnet yang dapat memenuhi semua kebutuhan pertahanan AS pada 2027. Sejak 2020, DOD telah menginvestasikan lebih dari $439 juta untuk membangun rantai pasokan domestik. Pada 2020, Pentagon memberikan $9,6 juta kepada MP Materials melalui program DPA Title III untuk fasilitas pemisahan tanah jarang ringan di Mountain Pass, California. Pada 2022, Pentagon memberikan tambahan $35 juta untuk fasilitas pemrosesan tanah jarang berat. Fasilitas-fasilitas ini akan menjadi yang pertama di jenisnya di Amerika Serikat, sepenuhnya mengintegrasikan rantai pasokan tanah jarang dari pertambangan, pemisahan, dan pelindian di Mountain Pass hingga pemurnian dan produksi magnet di Fort Worth, Texas. Namun, meskipun fasilitas ini sudah sepenuhnya beroperasi, MP Materials hanya akan memproduksi 1.000 ton magnet neodymium-boron-iron (NdFeB) pada akhir 2025—kurang dari 1 persen dari 138.000 ton magnet NdFeB yang diproduksi China pada 2018. Pada 2024, MP Materials mengumumkan produksi rekor 1.300 ton oksida neodymium-praseodymium (NdPr). Pada tahun yang sama, China diperkirakan memproduksi sekitar 300.000 ton magnet NdFeB.

DOD juga mendukung anak perusahaan Lynas Rare Earth, Lynas USA. Perusahaan ini dianugerahi hibah DPA Title III sebesar $30,4 juta pada 2021 untuk fasilitas pemisahan REE ringan di AS dan $120 juta lagi pada 2022 untuk fasilitas pemrosesan REE berat. Investasi DPA itu adalah langkah penting dalam membangun rantai pasokan magnet REE yang sepenuhnya independen.

Meskipun ada investasi baru-baru ini, Amerika Serikat masih jauh dari memenuhi tujuan DOD untuk rantai pasokan REE dari tambang hingga magnet yang independen dari China, dan bahkan lebih jauh lagi dari dapat menyaingi musuh asing dalam industri strategis ini. Kapabilitas AS sebagian besar berada di tahap awal. Misalnya, pada Januari 2025, USA Rare Earths memproduksi sampel pertama oksida disprosium yang dimurnikan hingga 99,1 persen. Diproduksi menggunakan bijih dari deposit Round Top di Texas dan diproses di fasilitas penelitian di Wheat Ridge, Colorado, perusahaan ini menyebut perkembangan ini sebagai terobosan untuk industri tanah jarang domestik. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengubah produksi sampel di laboratorium menjadi produksi komersial skala penuh yang mampu mengurangi ketergantungan pada China. Mengembangkan kemampuan pertambangan dan pemrosesan memerlukan usaha jangka panjang, yang berarti Amerika Serikat akan tetap berada dalam posisi tertinggal dalam waktu yang dapat diprediksi.

Amerika Serikat bisa memprediksi hal ini

Beberapa kebijakan telah memberikan sinyal bahwa pembatasan ekspor REE akan segera terjadi. China pertama kali memanfaatkan tanah jarang sebagai senjata pada 2010 ketika ia melarang ekspor ke Jepang akibat perselisihan kapal penangkap ikan. Antara 2023 dan 2025, China mulai memberlakukan pembatasan ekspor bahan strategis ke Amerika Serikat, yang mencakup gallium, germanium, antimon, grafit, dan tungsten.

Pada 2023, Komite Seleksi tentang Persaingan Strategis antara Amerika Serikat dan Partai Komunis China menerbitkan laporan berjudul Reset, Prevent, Build: A Strategy to Win America’s Economic Competition with the Chinese Communist Party. Laporan ini merekomendasikan agar “Kongres harus memberikan insentif untuk produksi magnet elemen tanah jarang, yang merupakan penggunaan utama elemen tanah jarang dan digunakan dalam kendaraan listrik, turbin angin, teknologi nirkabel, dan berbagai produk lainnya.” Secara khusus, laporan ini mendorong Kongres untuk menetapkan insentif pajak untuk mendorong manufaktur di AS.

Pada Desember 2023, China memberlakukan larangan terhadap teknologi ekstraksi dan pemisahan REE. Ini memiliki dampak signifikan terhadap pengembangan kemampuan rantai pasokan REE di luar China karena dua faktor utama. Pertama, China memiliki keahlian teknis khusus dalam bidang ini yang tidak dimiliki negara lain. Kedua, meskipun beberapa fasilitas untuk pemisahan, pemrosesan, dan manufaktur sedang dibangun, menyelesaikan konstruksi dan mengoperasikannya sepenuhnya akan memakan waktu beberapa tahun.

Mitra internasional tidak dapat menjadi alternatif sumber tanah jarang berat bagi AS untuk mengisi kekosongan pasokan

Meskipun beberapa negara sedang mengembangkan cadangan tanah jarang ringan dan berat, China tetap memegang monopoli atas tanah jarang berat yang sudah diproses untuk saat ini. Australia, Brasil, Afrika Selatan, Arab Saudi, Jepang, dan Vietnam semuanya memiliki inisiatif dan investasi untuk memperkuat pertambangan REE, pemrosesan, dan penelitian serta pengembangan (R\&D), serta manufaktur magnet. Agar Amerika Serikat dapat membangun mitra sumber alternatif untuk keamanan rantai pasokan jangka panjang, penting untuk terus memberikan dukungan finansial dan diplomatik untuk memastikan keberhasilan inisiatif ini.

Australia sedang mengembangkan tambang Browns Range untuk menjadi produsen disprosium signifikan pertama di luar China. Deposit itu diperkirakan memiliki cadangan disprosium sebesar 2.294 ton, yang akan dibuka dalam proses bertahap menghasilkan 279.000 kg disprosium per tahun. Namun, banyak pekerjaan yang masih harus dilakukan untuk membangun kapasitas pemrosesan dan pemurnian di luar China. Lynas Rare Earths dari Australia adalah produsen terbesar tanah jarang terpisah di luar China, tetapi masih mengirimkan oksida ke China untuk pemurnian. Australia diperkirakan akan bergantung pada China untuk pemurnian REE setidaknya hingga 2026.

Bekerja dengan mitra internasional juga dapat membantu mengatasi kekurangan pengetahuan teknologi dalam pemisahan dan pemrosesan REE. Beberapa negara memimpin pengembangan mineral kritis dan inisiatif R&D khusus REE untuk mendukung pengembangan sektor strategis ini. Australian Critical Minerals Research and Development Hub sedang bekerja untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam R&D mineral kritis. Hub itu mencakup inisiatif pemrosesan dan pemisahan tanah jarang yang dipimpin oleh badan pemerintah bekerja sama dengan industri dan universitas untuk meningkatkan kapasitas teknis. Jepang memiliki Center for Rare Earths Research di Muroran Institute of Technology serta inisiatif bersama dengan Vietnam untuk meningkatkan ekstraksi dan pemrosesan REE di Rare Earth Research and Technology Transfer Centre di Hanoi. Inisiatif ini diluncurkan pada 2012 ketika Jepang berusaha memperkuat dan mendiversifikasi rantai pasokan REE-nya sebagai respons terhadap larangan ekspor REE China pada 2010.

(TST/LN/CSIS dll)

Tjan
Tjanhttp://www.tjansietek.com
A former licensed stock market analyst and investment advisor with 20+ years experience with M.Sc. in Finance from Leicester University; former college lecturer in English for Buddhism; a former chess instructor and competitive chess player; translator of My Sixty Memorable Games, written by Bobby Fischer, a former US citizen, a famous former world chess champion (1972-1975), into Indonesian (in 1986 for limited distribution only); currently a senior sworn translator with 44+ years' experience, a senior member of the Indonesian Translators Association; a Chinese, US and Indonesian macroeconomic and financial analyst, CEO of Center for New Indonesia (CEFNI).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments

China batasi ekspor samarium dan 6 mineral lainnya

Samarium

Samarium adalah salah satu unsur tanah jarang (juga dikenal sebagai lantanida) yang membingungkan para ahli kimia pada abad ke-19. Sejarahnya dimulai dengan penemuan serium pada 1803. Serium diduga mengandung logam-logam lain, dan pada 1839 Carl Mosander mengklaim telah memperoleh lantanum dan didimium darinya. Meskipun ia benar mengenai lantanum, ternyata ia keliru tentang didimium. Pada 1879, Paul-Émile Lecoq de Boisbaudran mengekstraksi didimium dari mineral samarskit. Kemudian, ia membuat larutan nitrat didimium dan menambahkan amonium hidroksida. Ia mengamati bahwa endapan yang terbentuk turun dalam dua tahap. Ia memusatkan perhatiannya pada endapan pertama dan mengukur spektrumnya, yang mengungkapkan bahwa itu adalah unsur baru yang kemudian dinamai samarium. Akhirnya, samarium sendiri diketahui mengandung unsur tanah jarang lain: gadolinium pada 1886 dan europium pada 1901

Pembatasan ekspor tujuh mineral

Pada 4 April, Kementerian Perdagangan China memberlakukan pembatasan ekspor terhadap tujuh elemen tanah jarang (REE) dan magnet yang digunakan dalam sektor pertahanan, energi, elektronik, dan otomotif sebagai respons terhadap peningkatan tarif produk China oleh Presiden AS, Donald Trump. Pembatasan baru itu berlaku untuk 7 dari 17 REE—samarium, gadolinium, terbum, disprosium, lutetium, skandium, dan itrium—dan mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk memperoleh lisensi ekspor khusus untuk mengekspor mineral dan magnet tersebut.

Berbagai jenis pembatasan ekspor dan gangguannya pada industri-industri yang bersangkutan

Ada berbagai jenis pembatasan ekspor: lisensi non-otomatis, tarif, kuota, dan larangan total. Pembatasan baru ini bukanlah larangan; sebaliknya, perusahaan harus mengajukan lisensi untuk mengekspor tanah jarang. Perkembangan ini memiliki tiga implikasi: pertama, kemungkinan akan ada jeda dalam ekspor saat pemerintah China membangun sistem perijinan ini. Kedua, kemungkinan juga akan ada gangguan pasokan ke beberapa perusahaan AS karena pengumuman tersebut juga mencantumkan 16 entitas AS dalam daftar kontrol ekspor mereka, membatasi mereka untuk menerima barang dengan penggunaan ganda. Semua kecuali satu dari perusahaan di daftar tersebut berada di industri pertahanan dan dirgantara. Belum jelas bagaimana China akan menerapkan sistem perizinan baru ini. Ketiga, sistem perizinan ini mungkin akan dinamis dan dapat mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja sama dengan China guna mencegah gangguan dalam pasokan tanah jarang mereka.

Pentingnya fokus pada tanah jarang berat mengingat kerentanannya dalam rantai pasokan AS

Pembatasan ini berlaku untuk tujuh tanah jarang sedang dan berat: samarium, gadolinium, terbum, disprosium, lutetium, skandium, dan itrium. Amerika Serikat sangat rentan dalam rantai pasokan ini. Hingga 2023, China menguasai 99 persen pemrosesan REE berat global, dengan hanya sedikit hasil dari sebuah kilang di Vietnam. Namun, fasilitas tersebut telah ditutup selama setahun terakhir karena sengketa pajak, yang pada dasarnya memberi China monopoli atas pasokan. China tidak memberlakukan pembatasan terhadap tanah jarang ringan, di mana sejumlah negara memiliki pemrosesan yang lebih beragam.

Tanah jarang penting bagi keamanan nasional AS

REE sangat penting untuk berbagai teknologi pertahanan, yang mencakup jet tempur F-35, kapal selam kelas Virginia dan Columbia, misil Tomahawk, sistem radar, pesawat nirawak Predator, dan seri bom pintar Joint Direct Attack Munition. Misalnya, jet tempur F-35 mengandung lebih dari 900 pon REE. Sebuah kapal perusak kelas Arleigh Burke DDG-51 membutuhkan sekitar 5.200 pon, sementara kapal selam kelas Virginia menggunakan sekitar 9.200 pon.

Amerika Serikat sudah berada dalam posisi tertinggal dalam hal produksi teknologi pertahanan ini. China dengan cepat memperluas produksi amunisinya dan memperoleh sistem serta peralatan senjata canggih dengan kecepatan lima hingga enam kali lebih cepat daripada AS. Sementara China mempersiapkan dengan pola pikir perang, AS terus beroperasi dalam kondisi damai. Bahkan sebelum pembatasan terbaru, basis industri pertahanan AS sudah kesulitan dengan kapasitas terbatas dan kekurangan kemampuan untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan teknologi pertahanan. Larangan lebih lanjut terhadap bahan baku mineral kritis hanya akan memperlebar kesenjangan, memungkinkan China untuk memperkuat kemampuan militernya lebih cepat daripada AS.

Industri tanah jarang AS tidak siap mengisi kekosongan jika terjadi kekurangan

 Saat ini tidak ada pemisahan tanah jarang berat yang dilakukan di Amerika Serikat. Pengembangan kemampuan ini sedang berlangsung. Dalam Strategi Industri Pertahanan Nasional 2024, Departemen Pertahanan (DOD) menetapkan tujuan untuk mengembangkan rantai pasokan REE dari tambang hingga magnet yang dapat memenuhi semua kebutuhan pertahanan AS pada 2027. Sejak 2020, DOD telah menginvestasikan lebih dari $439 juta untuk membangun rantai pasokan domestik. Pada 2020, Pentagon memberikan $9,6 juta kepada MP Materials melalui program DPA Title III untuk fasilitas pemisahan tanah jarang ringan di Mountain Pass, California. Pada 2022, Pentagon memberikan tambahan $35 juta untuk fasilitas pemrosesan tanah jarang berat. Fasilitas-fasilitas ini akan menjadi yang pertama di jenisnya di Amerika Serikat, sepenuhnya mengintegrasikan rantai pasokan tanah jarang dari pertambangan, pemisahan, dan pelindian di Mountain Pass hingga pemurnian dan produksi magnet di Fort Worth, Texas. Namun, meskipun fasilitas ini sudah sepenuhnya beroperasi, MP Materials hanya akan memproduksi 1.000 ton magnet neodymium-boron-iron (NdFeB) pada akhir 2025—kurang dari 1 persen dari 138.000 ton magnet NdFeB yang diproduksi China pada 2018. Pada 2024, MP Materials mengumumkan produksi rekor 1.300 ton oksida neodymium-praseodymium (NdPr). Pada tahun yang sama, China diperkirakan memproduksi sekitar 300.000 ton magnet NdFeB.

DOD juga mendukung anak perusahaan Lynas Rare Earth, Lynas USA. Perusahaan ini dianugerahi hibah DPA Title III sebesar $30,4 juta pada 2021 untuk fasilitas pemisahan REE ringan di AS dan $120 juta lagi pada 2022 untuk fasilitas pemrosesan REE berat. Investasi DPA itu adalah langkah penting dalam membangun rantai pasokan magnet REE yang sepenuhnya independen.

Meskipun ada investasi baru-baru ini, Amerika Serikat masih jauh dari memenuhi tujuan DOD untuk rantai pasokan REE dari tambang hingga magnet yang independen dari China, dan bahkan lebih jauh lagi dari dapat menyaingi musuh asing dalam industri strategis ini. Kapabilitas AS sebagian besar berada di tahap awal. Misalnya, pada Januari 2025, USA Rare Earths memproduksi sampel pertama oksida disprosium yang dimurnikan hingga 99,1 persen. Diproduksi menggunakan bijih dari deposit Round Top di Texas dan diproses di fasilitas penelitian di Wheat Ridge, Colorado, perusahaan ini menyebut perkembangan ini sebagai terobosan untuk industri tanah jarang domestik. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengubah produksi sampel di laboratorium menjadi produksi komersial skala penuh yang mampu mengurangi ketergantungan pada China. Mengembangkan kemampuan pertambangan dan pemrosesan memerlukan usaha jangka panjang, yang berarti Amerika Serikat akan tetap berada dalam posisi tertinggal dalam waktu yang dapat diprediksi.

Amerika Serikat bisa memprediksi hal ini

Beberapa kebijakan telah memberikan sinyal bahwa pembatasan ekspor REE akan segera terjadi. China pertama kali memanfaatkan tanah jarang sebagai senjata pada 2010 ketika ia melarang ekspor ke Jepang akibat perselisihan kapal penangkap ikan. Antara 2023 dan 2025, China mulai memberlakukan pembatasan ekspor bahan strategis ke Amerika Serikat, yang mencakup gallium, germanium, antimon, grafit, dan tungsten.

Pada 2023, Komite Seleksi tentang Persaingan Strategis antara Amerika Serikat dan Partai Komunis China menerbitkan laporan berjudul Reset, Prevent, Build: A Strategy to Win America’s Economic Competition with the Chinese Communist Party. Laporan ini merekomendasikan agar “Kongres harus memberikan insentif untuk produksi magnet elemen tanah jarang, yang merupakan penggunaan utama elemen tanah jarang dan digunakan dalam kendaraan listrik, turbin angin, teknologi nirkabel, dan berbagai produk lainnya.” Secara khusus, laporan ini mendorong Kongres untuk menetapkan insentif pajak untuk mendorong manufaktur di AS.

Pada Desember 2023, China memberlakukan larangan terhadap teknologi ekstraksi dan pemisahan REE. Ini memiliki dampak signifikan terhadap pengembangan kemampuan rantai pasokan REE di luar China karena dua faktor utama. Pertama, China memiliki keahlian teknis khusus dalam bidang ini yang tidak dimiliki negara lain. Kedua, meskipun beberapa fasilitas untuk pemisahan, pemrosesan, dan manufaktur sedang dibangun, menyelesaikan konstruksi dan mengoperasikannya sepenuhnya akan memakan waktu beberapa tahun.

Mitra internasional tidak dapat menjadi alternatif sumber tanah jarang berat bagi AS untuk mengisi kekosongan pasokan

Meskipun beberapa negara sedang mengembangkan cadangan tanah jarang ringan dan berat, China tetap memegang monopoli atas tanah jarang berat yang sudah diproses untuk saat ini. Australia, Brasil, Afrika Selatan, Arab Saudi, Jepang, dan Vietnam semuanya memiliki inisiatif dan investasi untuk memperkuat pertambangan REE, pemrosesan, dan penelitian serta pengembangan (R\&D), serta manufaktur magnet. Agar Amerika Serikat dapat membangun mitra sumber alternatif untuk keamanan rantai pasokan jangka panjang, penting untuk terus memberikan dukungan finansial dan diplomatik untuk memastikan keberhasilan inisiatif ini.

Australia sedang mengembangkan tambang Browns Range untuk menjadi produsen disprosium signifikan pertama di luar China. Deposit itu diperkirakan memiliki cadangan disprosium sebesar 2.294 ton, yang akan dibuka dalam proses bertahap menghasilkan 279.000 kg disprosium per tahun. Namun, banyak pekerjaan yang masih harus dilakukan untuk membangun kapasitas pemrosesan dan pemurnian di luar China. Lynas Rare Earths dari Australia adalah produsen terbesar tanah jarang terpisah di luar China, tetapi masih mengirimkan oksida ke China untuk pemurnian. Australia diperkirakan akan bergantung pada China untuk pemurnian REE setidaknya hingga 2026.

Bekerja dengan mitra internasional juga dapat membantu mengatasi kekurangan pengetahuan teknologi dalam pemisahan dan pemrosesan REE. Beberapa negara memimpin pengembangan mineral kritis dan inisiatif R&D khusus REE untuk mendukung pengembangan sektor strategis ini. Australian Critical Minerals Research and Development Hub sedang bekerja untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam R&D mineral kritis. Hub itu mencakup inisiatif pemrosesan dan pemisahan tanah jarang yang dipimpin oleh badan pemerintah bekerja sama dengan industri dan universitas untuk meningkatkan kapasitas teknis. Jepang memiliki Center for Rare Earths Research di Muroran Institute of Technology serta inisiatif bersama dengan Vietnam untuk meningkatkan ekstraksi dan pemrosesan REE di Rare Earth Research and Technology Transfer Centre di Hanoi. Inisiatif ini diluncurkan pada 2012 ketika Jepang berusaha memperkuat dan mendiversifikasi rantai pasokan REE-nya sebagai respons terhadap larangan ekspor REE China pada 2010.

(TST/LN/CSIS dll)

Tjan
Tjanhttp://www.tjansietek.com
A former licensed stock market analyst and investment advisor with 20+ years experience with M.Sc. in Finance from Leicester University; former college lecturer in English for Buddhism; a former chess instructor and competitive chess player; translator of My Sixty Memorable Games, written by Bobby Fischer, a former US citizen, a famous former world chess champion (1972-1975), into Indonesian (in 1986 for limited distribution only); currently a senior sworn translator with 44+ years' experience, a senior member of the Indonesian Translators Association; a Chinese, US and Indonesian macroeconomic and financial analyst, CEO of Center for New Indonesia (CEFNI).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments