Utang Pemerintah Indonesia per 31 Maret 2023 sekitar 39,17% dari GDP, tergolong rendah di dunia. Nilai utang itu adalah Rp 7,879 T per 31 Maret 2023. Hanya Rp 1.354,81 T, atau 17,1%, adalah SBN yang ada dalam valuta asing.(Baca juga: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230207123758-4-411737/utang-ri-tembus-rp-7734-t-di-akhir-2022-porsi-asing-secuil#:~:text: Utang RI Tembus Rp 7.734 T di Akhir 2022, Porsi Asing Secuil). Selain itu, ada sekitar Rp 844 T lagi utang pemerintah adalah pinjaman dari LN.
Sekitar 93% utang itu jatuh tempo dalam jangka panjang (di atas 1 tahun sd 10 tahun, bahkan ada yang 30 tahun).
Bandingkan dengan utang pemerintah Malaysia yang di atas 60% dari GDP-nya.

Daftar 20 Pemerintah dengan Utang Terbesar di Dunia per 2023
Catatan:
1.Sekitar 82,82% utang pemerintah Indonesia adalah dalam rupiah, dengan yield (imbal hasil) sekitar 6,75% per tahun (sebelum pajak atas pendapatan bunga 15%-20%) untuk obligasi dengan tenor 10 tahun.
- Laju pertumbuhan GDP Indonesia secara nominal [laju inflasi 5,51% + pertumbuhan GDP ril 5,31% (www.bps.go.id: Statistik Indonesia 2023)] adalah 10,82% selama 2022.
- Jadi, pemegang obligasi itu sebenarnya rugi 2,24% (minus pajak pendapatan bunga) per tahun karena turunnya nilai rupiah terhadap harga barang-barang yang diperhitungkan dalam penentuan indeks harga konsumen (IHK)!!!
- Mayoritas daya pembayaran kembali utang pemerintah bergantung pada pendapatan dari pajak. Jika pendapatan pajak naik dari sekitar 10,5% menjadi 11,5% saja dari GDP tahun 2023 yang diperkirakan akan mencapai USD 1,5 T secara nominal, kenaikan 1% itu akan mendatangkan tambahan pendapatan USD 15 miliar (IDR 225 T), atau 9% dari APBN, atau sedikit di atas 50% dari perkiraan pembayaran bunga (IDR 441,4 T) untuk utang pemerintah untuk 2023 saja.
- Mayoritas super pendapatan pajak berasal dari sektor formal. Selama 2022 saja, hilirisasi satu bahan tambang saja, misalnya bijih nikel, telah menghasilkan pendapatan USD 32 miliar (stainless steel USD 26 miliar + sekitar USD 6 miliar dari produk-produk lain dengan bahan nikel, contoh sulfat nikel (nickel sulfate).
- Indonesia pemilik pabrik sulfat nikel dengan kapasitas produksi terbesar di dunia: Grup Harita adalah pemilik PT Halmahera Persada Lygend (HPL) yang baru saja mulai ekspor sulfat nikel sebanyak 5.584 ton ke China. Situs www.tbpnickel.com menyatakan bahwa pabrik sulfat nikel mereka adalah yang pertama di Indonesia dan terbesar di dunia dalam hal kapasitas produksi. Silakan baca juga: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230617200442-4-446856/bangga-ri-punya-pabrik-nikel-sulfat-terbesar-di-dunia. Foto pabrik mereka di Pulau Obi (diambil dari www.tbpnickel.com):

- Nilai USD 32 miliar itu akan naik menjadi sekitar USD 36 miliar selama tahun 2023 ini. Banyak investor dalam dan LN sedang dan akan membangun pabrik stainless steel, misalnya PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL). Silakan klik baca artikel di detikfinance: “Tambang Nikel Raksasa RI Mau Bangun Pabrik Stainless Steel Rp 15 T:” https://finance.detik.com/industri/d-6797056/tambang-nikel-raksasa-ri-mau-bangun-pabrik-stainless-steel-rp-15-t.
- Aneka perusahaan yang terlibat dalam mata rantai hilirisasi bijih nikel merupakan bagian dari sektor formal. Hasilnya, pendapatan pajak pemerintah dari sektor formal akan naik cepat. Kami perkirakan nilai aneka produk hilirisasi nikel, tembaga, bauksit dll akan membantu menaikkan persentase pendapatan pemerintah dari pajak menjadi 12-13% pada 2027. Selama tahun 2027, kami perkirakan GDP Indonesia akan naik menjadi sekitar 1,7 T secara nominal dengan kurs IDR 15.000/USD 1. Jadi, kemampuan pembayaran bunga dan pokok utang pemerintah akan naik sebesar antara USD 25,5 miliar (IDR 382,5 T dan USD 34 miliar (IDR 520 T)!!!
- Hilirisasi benar-benar sedang dilaksanakan secara besar-besaranKutipan dari siaran pers Kemenperin yang bertanggal 24 Februari 2023 (https://kemenperin.go.id/artikel/23861/Menperin:-Berperan-Penting-Bagi-Ekonomi,-Kontribusi-Manufaktur-Masih-Tertinggi) menyatakan sebagai berikut:
Terkait kebijakan hilirisasi industri berbasis pengolahan sumber daya mineral logam, Kemenperin fokus pada lima komoditas, yaitu industri berbasis bijih tembaga, industri berbasis bijih besi dan pasir besi, industri berbasis bijih nikel untuk stainless steel dan bahan baku baterai, industri berbasis bauksit, serta industri berbasis monasit, dan sumber potensial lainnya, seperti logam tanah jarang.
“Berdasarkan data Kemenperin per 1 Februari 2023, terdapat 91 smelter di Indonesia dengan perincian 48 telah beroperasi, dan lainnya dalam tahapan feasibility study dan kontruksi,” ungkapnya. Sedangkan dari lokasinya, jumlah smelter terbanyak berada di Provinsi Sulawesi Tengah (25 smelter), Maluku Utara (22 smelter), Sulawesi Tenggara (12 smelter), Kalimantan Barat (10 smelter), dan terdapat 34 smelter yang terletak di berbagai provinsi lainnya.
“Dari 48 smelter yang telah beroperasi tersebut, smelter nikel memiliki total kapasitas produksi sebesar 262.560 ton per tahun, investasi mencapai Rp5,55 triliun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.337 orang,” sebut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa (14/2).
Kemudian, smelter besi baja memiliki total kapasitas produksi sebesar 1,6 juta ton per tahun, investasi mencapai Rp15,96 triliun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.729 orang. Untuk smelter tembaga memiliki total kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun, investasi mencapai Rp266 milliar, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 525 orang. Selain itu, smelter aluminium memiliki total kapasitas produksi 544.563 ton per tahun, investasi Rp15,66 triliun, dan penyerapan tenaga kerja 1.893 orang.
Menperin memberikan sebuah ilustrasi, apabila dilakukan hilirisasi untuk komoditas yang akan dibatasi ekspornya, akan memberikan potensi besar untuk penyerapan tenaga kerja, penambahan kapasitas produksi, dan meningkatnya nilai investasi.
Sebagai contoh, pada tahun 2022, Indonesia mengekspor bijih bauksit dan konsentratnya sebesar 17,8 juta ton. Apabila bijih bauksit ini dihilirisasi menjadi alumina, dapat menjadi 8,9 juta ton alumina yang akan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 13.011 orang, dengan potensi nilai investasi sebesar Rp104 triliun.
“Apabila dilakukan hilirisasi menjadi aluminium ingot, akan menjadi 4,5 juta ton aluminium ingot yang dapat menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 36.885 orang, dengan kebutuhan nilai investasi sebesar Rp455 triliun,” sebutnya.
Semoga bermanfaat.
Updated: 29 Juni 2023
(TST/LNN)







