Sangat dianjurkan kepada setiap pengusaha yang sukses dalam bisnis dengan membuat produknya secara manual untuk mengembangkannya menjadi bisnis yang pabriknya moderen: mesin dan proses produksi yang otomatis dll. Tetapi, modernisasi makan biaya besar sekali dan biasanya melebihi kemampuannya sendiri secara keuangan, teknologi maupun pengelolaan. Hal yang mirip juga terjadi kepada sejumlah pengusaha yang biasanya menghasilkan produk primer (mentah), lalu masuk ke idnustri sekunder, yang biasanya mengolah produk primernya sendiri. Sejumlah pengusaha produk primer sukses naik kelas dengan mengambil mitra yang kuat dalam bidang teknologi, pemasaran maupun keuangan.
Hampir pailit karena memoderenkan pabriknya tanpa turn-key contract
Beberapa tahun lalu seorang teman saya bercerita bahwa ia sedang memoderenkan pabriknya dengan membeli lahan baru, membangun pabrik baru dan mengimpor mesin-mesin dari beberapa buah negeri. Sekitar dua tahun kemudian ia terlihat sibuk menjual segala macam asetnya untuk membayar utang kepada bank dan perusahaan leasing sehingga tidak punya waktu untuk ngobrol dengan kami. Akhirnya ia bercerita bahwa:
1. Semua mesin produksi dan kelengkapannya tidak mencapai target produksi untuk menutupi biaya operasional dan bunga bank dll.
2. Untuk mencapai 70-80% dari titik impas biaya operasi saja, dia harus menambah aneka perlengkapan, pipa dll, yang mayoritas harus diimpor dan nilainya hampir 50% dari proyeksi investasi mesin;
3. Semua itu terjadi karena kesalahan besarnya: ia tidak memakai jasa pembimbing usaha, yaitu orang berpengalaman & berpengetahuan yang akan menasihatinya untuk membuat kontrak turn-key, yaitu kontrak pembangunan pabrik dll dengan pembayaran hanya sesudah pabrik dll itu selesai dibangun dan siap beroperasi komersial (commissioning). Yang teman kita lakukan adalah dia pergi ke sana-ke mari untuk cari pengetahuan dll dan membeli semua mesin maupun peralatan produksinya tanpa kontrak itu.
Semoga bermanfaat.