Saturday, May 17, 2025
HomeEconomyHampir pailit karena modernisasi usaha yang sukses membuat produk secara manual: pentingnya...

Hampir pailit karena modernisasi usaha yang sukses membuat produk secara manual: pentingnya turn-key contract

  Sangat dianjurkan kepada setiap pengusaha yang sukses dalam bisnis dengan membuat produknya secara manual untuk mengembangkannya menjadi bisnis yang pabriknya moderen: mesin dan proses produksi yang otomatis dll. Tetapi, modernisasi makan biaya besar sekali dan biasanya melebihi kemampuannya sendiri secara keuangan, teknologi maupun pengelolaan. Hal yang mirip juga terjadi kepada sejumlah pengusaha yang biasanya menghasilkan produk primer (mentah), lalu masuk ke idnustri  sekunder, yang biasanya mengolah produk primernya sendiri. Sejumlah pengusaha produk primer sukses naik kelas dengan mengambil mitra yang kuat dalam bidang teknologi, pemasaran maupun keuangan.

 Hampir pailit karena memoderenkan pabriknya tanpa turn-key contract

Beberapa tahun lalu seorang teman saya bercerita bahwa ia sedang memoderenkan pabriknya dengan membeli lahan baru, membangun pabrik baru dan mengimpor mesin-mesin dari beberapa buah negeri. Sekitar dua tahun kemudian ia terlihat sibuk menjual segala macam asetnya untuk membayar utang kepada bank dan perusahaan leasing sehingga tidak punya waktu untuk ngobrol dengan kami. Akhirnya ia bercerita bahwa:

1. Semua mesin produksi dan kelengkapannya tidak mencapai target produksi untuk menutupi biaya operasional dan bunga bank dll.

2. Untuk mencapai 70-80% dari titik impas biaya operasi saja, dia harus menambah aneka perlengkapan, pipa dll, yang mayoritas harus diimpor dan nilainya hampir 50% dari proyeksi investasi mesin;

3. Semua itu terjadi karena kesalahan besarnya: ia tidak memakai jasa pembimbing usaha, yaitu orang berpengalaman & berpengetahuan yang akan menasihatinya untuk membuat kontrak turn-key, yaitu kontrak pembangunan pabrik dll dengan pembayaran hanya sesudah pabrik dll itu selesai dibangun dan siap beroperasi komersial (commissioning). Yang teman kita lakukan adalah dia pergi ke sana-ke mari untuk cari pengetahuan dll dan membeli semua mesin maupun peralatan produksinya tanpa kontrak itu.

Semoga bermanfaat.

Tjan
Tjanhttp://www.tjansietek.com
A former licensed stock market analyst and investment advisor with 20+ years experience with M.Sc. in Finance from Leicester University; former college lecturer in English for Buddhism; a former chess instructor and competitive chess player; translator of My Sixty Memorable Games, written by Bobby Fischer, a former US citizen, a famous former world chess champion (1972-1975), into Indonesian (in 1986 for limited distribution only); currently a senior sworn translator with 44+ years' experience, a senior member of the Indonesian Translators Association; a Chinese, US and Indonesian macroeconomic and financial analyst, CEO of Center for New Indonesia (CEFNI).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments

Hampir pailit karena modernisasi usaha yang sukses membuat produk secara manual: pentingnya turn-key contract

  Sangat dianjurkan kepada setiap pengusaha yang sukses dalam bisnis dengan membuat produknya secara manual untuk mengembangkannya menjadi bisnis yang pabriknya moderen: mesin dan proses produksi yang otomatis dll. Tetapi, modernisasi makan biaya besar sekali dan biasanya melebihi kemampuannya sendiri secara keuangan, teknologi maupun pengelolaan. Hal yang mirip juga terjadi kepada sejumlah pengusaha yang biasanya menghasilkan produk primer (mentah), lalu masuk ke idnustri  sekunder, yang biasanya mengolah produk primernya sendiri. Sejumlah pengusaha produk primer sukses naik kelas dengan mengambil mitra yang kuat dalam bidang teknologi, pemasaran maupun keuangan.

 Hampir pailit karena memoderenkan pabriknya tanpa turn-key contract

Beberapa tahun lalu seorang teman saya bercerita bahwa ia sedang memoderenkan pabriknya dengan membeli lahan baru, membangun pabrik baru dan mengimpor mesin-mesin dari beberapa buah negeri. Sekitar dua tahun kemudian ia terlihat sibuk menjual segala macam asetnya untuk membayar utang kepada bank dan perusahaan leasing sehingga tidak punya waktu untuk ngobrol dengan kami. Akhirnya ia bercerita bahwa:

1. Semua mesin produksi dan kelengkapannya tidak mencapai target produksi untuk menutupi biaya operasional dan bunga bank dll.

2. Untuk mencapai 70-80% dari titik impas biaya operasi saja, dia harus menambah aneka perlengkapan, pipa dll, yang mayoritas harus diimpor dan nilainya hampir 50% dari proyeksi investasi mesin;

3. Semua itu terjadi karena kesalahan besarnya: ia tidak memakai jasa pembimbing usaha, yaitu orang berpengalaman & berpengetahuan yang akan menasihatinya untuk membuat kontrak turn-key, yaitu kontrak pembangunan pabrik dll dengan pembayaran hanya sesudah pabrik dll itu selesai dibangun dan siap beroperasi komersial (commissioning). Yang teman kita lakukan adalah dia pergi ke sana-ke mari untuk cari pengetahuan dll dan membeli semua mesin maupun peralatan produksinya tanpa kontrak itu.

Semoga bermanfaat.

Tjan
Tjanhttp://www.tjansietek.com
A former licensed stock market analyst and investment advisor with 20+ years experience with M.Sc. in Finance from Leicester University; former college lecturer in English for Buddhism; a former chess instructor and competitive chess player; translator of My Sixty Memorable Games, written by Bobby Fischer, a former US citizen, a famous former world chess champion (1972-1975), into Indonesian (in 1986 for limited distribution only); currently a senior sworn translator with 44+ years' experience, a senior member of the Indonesian Translators Association; a Chinese, US and Indonesian macroeconomic and financial analyst, CEO of Center for New Indonesia (CEFNI).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments