IQ rata-rata Indonesia:
Anggaran pendidikan di Indonesia dan China:
Di Indonesia: IDR 666 triliun sekitar USD 42 miliar, atau USD 150 per orang penduduk Indonesia.
Di China:
Total pengeluaran China untuk pendidikan pada tahun 2023 mencapai 6,46 triliun yuan, yang setara dengan sekitar USD 906 miliar, atau USD 633.5 per orang penduduk China. Angka itu mengalami peningkatan sebesar 5,3% dibandingkan tahun 2022. Berikut adalah rincian pengeluaran pendidikan China menurut tingkat pendidikan:
• Pendidikan wajib: 2,84 triliun yuan, bagian terbesar dari total pengeluaran
• Pendidikan tinggi: 1,76 triliun yuan, dengan peningkatan tahunan sebesar 7,6%
• Pendidikan pra-sekolah: 538,2 miliar yuan, dengan peningkatan tahunan sebesar 4,7%
• Sekolah menengah atas: 1,02 triliun yuan, dengan peningkatan tahunan sebesar 6,2%
Rata-rata pengeluaran publik per siswa di China pada tahun 2023 adalah: • 40.721 yuan untuk mahasiswa perguruan tinggi • 15.895 yuan untuk anak-anak sekolah dasar
Pengeluaran rumah tangga China untuk pendidikan juga tinggi, dengan rata-rata sebesar 8.464 yuan (USD 1.207) per tahun, yang merupakan 17,1% dari pendapatan tahunan.
Hasilnya: Indonesia
Dalam matematika, topik utama PISA 2022, remaja berusia 15 tahun di Indonesia mencatatkan 366 poin dibandingkan dengan rata-rata 472 poin di negara-negara OECD (38 negeri: Austria, Australia dll).
• Rata-rata, remaja berusia 15 tahun mencatatkan 359 poin dalam membaca dibandingkan dengan rata-rata 476 poin di negara-negara OECD.
• Di Indonesia, kinerja rata-rata dalam sains remaja berusia 15 tahun adalah 383 poin, dibandingkan dengan rata-rata 485 poin di negara-negara OECD.
• Hasil rata-rata 2022 menurun dibandingkan dengan 2018 dalam matematika, membaca, dan sains.
• Di Indonesia, 18% siswa mencapai setidaknya tingkat 2 ( dari 6 tingkat) dalam matematika, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata di negara-negara OECD (rata-rata OECD: 69%). Secara minimal, siswa ini dapat menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana suatu situasi sederhana dapat digambarkan secara matematis.
• Hampir tidak ada siswa di Indonesia yang merupakan pemain terbaik dalam matematika, yang berarti mereka mencapai Tingkat 5 atau 6 dalam ujian matematika PISA (rata-rata OECD: 9%). Di tingkat ini, siswa dapat memodelkan situasi yang kompleks secara matematis, serta dapat memilih, membandingkan, dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk menangani masalah tersebut.
• Di Indonesia, 43% siswa (bagian terbesar) berada di kuintil (1/4) internasional terbawah dari skala sosial-ekonomi, yang berarti mereka termasuk siswa yang paling terpinggirkan yang mengikuti ujian PISA pada 2022. Rata-rata nilai mereka dalam matematika adalah 354 poin.
• Di Indonesia, siswa dengan status sosial-ekonomi yang lebih tinggi (25% teratas dalam hal status sosial-ekonomi) mengungguli siswa yang terpinggirkan (25% terbawah) dengan 34 poin dalam matematika. Itu lebih kecil dibandingkan dengan perbedaan rata-rata antara kedua kelompok (93 poin) di negara-negara OECD.
• Sekitar 15% siswa yang terpinggirkan di Indonesia berhasil mencatatkan skor di kuartil teratas dalam kinerja matematika (rata-rata OECD: 10%). Siswa-siswa itu dapat dianggap memiliki ketahanan akademik.
• Perempuan mengungguli laki-laki dalam matematika dengan selisih 6 poin dan dalam membaca dengan selisih 23 poin di Indonesia. Secara global, dalam matematika, laki-laki mengungguli perempuan di 40 negara dan ekonomi, sementara perempuan mengungguli laki-laki di 17 negara atau ekonomi lainnya. Dalam membaca, perempuan, rata-rata, mencatatkan skor lebih tinggi dari laki-laki di hampir semua negara dan ekonomi yang berpartisipasi dalam PISA 2022 (79 dari 81).
• Di Indonesia, 60% siswa melaporkan bahwa gedung sekolah mereka ditutup lebih dari tiga bulan akibat COVID-19. Rata-rata di negara-negara OECD, 51% siswa mengalami penutupan sekolah yang serupa. Dalam sistem pendidikan di mana kinerja tetap tinggi dan rasa keterhubungan siswa meningkat, lebih sedikit siswa yang mengalami penutupan sekolah yang lebih lama.
• Di Indonesia, 85% siswa melaporkan bahwa mereka telah mengikuti pendidikan pra-sekolah selama satu tahun atau lebih (rata-rata OECD: 94%).
• Sekitar 12% siswa di Indonesia melaporkan bahwa mereka telah mengulang kelas setidaknya sekali (rata-rata OECD: 9%) setelah memasuki sekolah dasar. Pengulangan kelas cenderung kurang umum di sistem yang berprestasi tinggi.
Sumber: Dari aneka sumber
(TST/LN)