Produsen mobil Volkswagen menghadapi “usaha yang sangat besar” untuk mencapai target bisnisnya sendiri karena biaya yang tinggi dan pendapatan yang menurun, kata CEO perusahaan Oliver Blume.
Perusahaan itu, yang merupakan produsen mobil terbesar di Eropa, akan menerapkan kebijakan penghematan untuk memperbaiki neraca keuangannya, lapor surat kabar Frankfurter Allgemeine Zeitung. Meskipun program untuk efisiensi biaya yang lebih besar telah diterapkan, para investor tampaknya kurang percaya pada efektivitasnya karena harga saham Volkswagen terus menurun. Biaya satu kali yang tinggi untuk mengubah jalur produksi menjadi kendaraan listrik dan baterai, di samping pembayaran kompensasi untuk pekerja yang di-PHK, mempengaruhi keuntungan perusahaan, terutama untuk merek inti VW-nya, kata perusahaan tersebut.
CEO Blume menambahkan bahwa Volkswagen akan mengurangi investasinya pada periode perencanaan mendatang dan berusaha menekan biaya dengan melakukan uasa patungan, misalnya, dengan merek mobil listrik AS, Rivian.
Dalam artikel terpisah, Frankfurter Allgemeine Zeitung melaporkan pemangkasan pekerjaan di pemasok industri otomotif ZF Friedrichshafen, yang berencana mengurangi hingga 14.000 dari 54.000 pekerjaan di Jerman pada akhir 2028. Sama seperti Volkswagen, keputusan ini muncul akibat masalah keuangan karena ZF Friedrichshafen mengalami penurunan pendapatan dan utang tinggi.

Perusahaan mengatakan bahwa pesanan yang menurun dari produsen mobil dan kurangnya minat pada kendaraan listrik berbasis baterai berdampak pada keuntungannya. “Ini tidak tanpa konsekuensi bagi kami sebagai pemasok,” kata Holger Klein, CEO ZF Friedrichshafen. Dia mengatakan perusahaan mempertimbangkan pemangkasan di beberapa lokasi di Jerman, terutama di lokasi produksi yang mengkhususkan diri pada satu produk, dan menjadi lebih kompetitif lagi dengan menciptakan lokasi produksi gabungan yang lebih besar.
Industri otomotif merupakan pilar utama ekonomi Jerman dan langsung mempekerjakan ratusan ribu orang di negara tersebut. Peralihan ke mobilitas listrik mengguncang jaringan industri dan praktik produksi yang sudah lama ada yang berpusat pada mesin pembakaran internal, yang diperburuk oleh keputusan terlambat produsen mobil Jerman untuk secara signifikan meningkatkan investasi mereka dalam kendaraan listrik dan teknologi baterai, di mana mereka menghadapi persaingan internasional yang ketat dan tertinggal di bidang-bidang kunci. Sementara pemerintah Jerman telah menetapkan untuk mendukung industri dalam menghadirkan 15 juta mobil listrik di jalan pada tahun 2030, tujuan ini semakin tampaknya sulit dicapai dan menurut analisis terbaru oleh think tank Agora Verkehrswende hanya dapat tercapai dengan memperkuat kerja sama dengan produsen mobil dari China.
(TST/LN)






